Religiusitas, Ekonomi, dan Pendidikan di Kampung Halaman: Sebuah Refleksi Pribadi
Di kampung halaman tercinta, saya mengamati perbedaan mencolok dalam keaktifan beribadah warga. Ketika shalat berjamaah di mushola A – dimana jamaah mayoritas berstatus PNS, TNI, dan pensiunan dengan penghasilan tetap – jumlah jamaah terbilang banyak, mencapai dua puluhan. Sebaliknya di mushola B yang mayoritas warga adalah buruh tani, dan pekerja serabutan, jamaah shalat bahkan tidak mencapai sepuluh orang. Idealnya, Islam mengajarkan persamaan derajat dalam shaf jamaah: “Orang kaya akan berdampingan dengan orang miskin dalam satu shaf” (dikutip dari rumaysho.com). Namun dalam kenyataan ini muncul pertanyaan, sejauh mana status ekonomi dan pendidikan memengaruhi religiusitas warga?
