Ismuba Corner – Rabu, 16 Juli 2025 Kajian Rabu Malam Muhammadiyah Sleman (KAROMAMU) kembali hadir dengan tema yang sangat relevan bagi umat Islam, yakni Larangan Taqlid Buta.

Dalam kehidupan beragama, taqlid buta adalah sikap mengikuti ajaran atau kebiasaan tanpa dasar ilmu dan pemahaman. Islam tidak membenarkan perilaku ini karena dapat menjauhkan seseorang dari kebenaran, mematikan daya nalar, serta menyebabkan kesesatan massal yang diwariskan secara turun-temurun.
Melalui kajian ini, jamaah diajak untuk menelaah secara mendalam ayat-ayat Al-Qur’an yang memperingatkan umat Islam agar tidak terjerumus dalam sikap mengikuti sesuatu hanya karena tradisi atau karena tokoh tertentu.Salah satu ayat yang dikaji adalah QS Al-Baqarah ayat 170, yang mengecam kaum yang tetap mengikuti nenek moyang mereka meskipun nenek moyang tersebut tidak berakal dan tidak mendapat petunjuk.
Senada dengan itu, QS Al-A’raf ayat 28 mengkritik orang-orang yang melakukan perbuatan dosa lalu berdalih bahwa mereka hanya mengikuti ajaran leluhur. Tafsir Ibnu Katsir juga menjadi rujukan penting, khususnya dalam kisah bagaimana Nabi Muhammad ﷺ mengajak orang-orang Yahudi untuk masuk Islam, namun mereka menolaknya karena hanya ingin mengikuti ajaran nenek moyang mereka.
QS Al-Isra ayat 36 turut memperkuat larangan taqlid buta dengan perintah agar manusia tidak mengikuti sesuatu tanpa dasar ilmu, karena seluruh indera dan hati akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Kajian ini juga menyinggung QS Al-Baqarah ayat 166-167 yang menggambarkan penyesalan orang-orang yang mengikuti para pemimpin yang menyesatkan, namun pada hari kiamat semua saling berlepas diri.
QS Saba ayat 31-33 mengisahkan bagaimana para pembesar dan pengikutnya saling menyalahkan ketika mereka sadar telah menolak kebenaran. Dalam QS Ibrahim ayat 22, Iblis sendiri menyatakan bahwa manusia tidak boleh menyalahkannya karena ia hanya menggoda, sedangkan manusialah yang memilih untuk mengikuti. Hal serupa digambarkan dalam QS Al-Hasyr ayat 16, yang menceritakan perumpamaan orang-orang munafik yang seperti setan: membujuk berbuat dosa, lalu meninggalkan mereka dalam kebinasaan.
Terakhir, QS Al-Ma’arij ayat 10-16 memperlihatkan suasana Hari Kiamat di mana setiap orang lari dari orang-orang terdekatnya; menunjukkan bahwa tidak ada lagi yang bisa dijadikan sandaran selain amal dan kebenaran yang diyakini sendiri dengan ilmu.Melalui rangkaian dalil ini, pesan yang ingin disampaikan sangat jelas: dalam beragama, setiap Muslim harus bersikap kritis, mendalam, dan berbasis pada ilmu. Tidak cukup hanya mengikuti apa yang sudah biasa, tetapi harus mempertanyakan dan mencari dalil atas setiap keyakinan dan amalan.
Kajian ini menjadi pengingat penting bahwa Islam menuntut umatnya untuk cerdas, bukan sekadar ikut-ikutan. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan terus mengikuti kajian rutin KAROMAMU yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PCM Sleman setiap Rabu malam, sebagai bekal ilmu dan pencerahan dalam menjalani kehidupan beragama yang lurus dan berdasar.
