Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal kaya raya karena keberhasilan berdagang sebelum Islam. Namun yang mengagumkan, meski harta melimpah ia tidak pernah sombong dan justru hidup sangat sederhana . Setelah masuk Islam, Abdurrahman tetap berdagang halal namun tetap rendah hati. Umat Muslim mengenal beliau sebagai sosok yang luar biasa dermawan dan ikhlas. Rasulullah SAW bahkan pernah berkata bahwa Abdurrahman akan masuk surga “dengan merangkak” karena kekayaannya, maksudnya adalah beliau selalu menginfakkan hartanya .

Kekayaan dan Kesederhanaan dalam Kehidupan
Abdurrahman bin Auf mengawali hidup sebagai pedagang sukses di Makkah. Ayahnya termasuk tokoh penting, dan harta beliau sangat banyak . Meski demikian, Abdurrahman tidak pernah tergiur oleh kemewahan. Sebaliknya, ia tetap hidup sederhana dan rendah hati. Umat mengenalnya sebagai orang kaya yang “tidak pernah berlaku sombong dan selalu menggelontorkan hartanya di jalan Allah” . Dalam forum pemilihan khalifah pengganti Umar bin Khaththab, semua orang menunjuk beliau, tapi Abdurrahman menolak jabatan itu seraya berkata:
“Demi Allah, daripada harus menerima jabatan itu, aku lebih suka jika diambil sebilah pisau lalu diletakkan di tenggorokanku dan ditusukkan hingga menembus leherku ini.”
Kata-kata ini bukan basa-basi – beliau benar-benar tidak mengidamkan kekuasaan . Ketika Humran memberitahu bahwa Utsman bin Affan mewasiatkan jabatan khalifah kepadanya, Abdurrahman justru berdoa agar Allah mematikannya sebelum berita itu terjadi . Enam bulan kemudian beliau wafat, sehingga ia tidak perlu memikul amanah yang tidak diinginkannya .
Dermawan dan Bersedekah dengan Ikhlas
Sikap Abdurrahman bin Auf dalam menggunakan harta sangat menginspirasi. Banyak kisah tentang betapa dermawan dan ikhlasnya beliau membagi rezeki. Misalnya, ketika Rasulullah SAW menggalang dana untuk pasukan perang, Abdurrahman bergegas bersedekah seluruh miliknya. Dengan penuh keikhlasan, beliau memberikan separuh hartanya untuk kepentingan umat Muslim . Nabi Muhammad lalu bertanya, “Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Abdurrahman menjawab mantap, “Aku telah meninggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya” .
Beliau juga pernah menyumbangkan 500 ekor kuda dan 1.500 unta untuk keperluan perang di jalan Allah . Bahkan seluruh penduduk Madinah berserikat dalam hartanya: sepertiga dipinjami untuk modal usaha mereka, sepertiga lagi untuk membayar utang, dan sepertiga sisanya dibagikan kepada yang membutuhkan .
Tak hanya sedekah uang dan binatang, Abdurrahman bin Auf juga memerdekakan ribuan budak dari kekuasaannya . Langkah ini menunjukkan tanggung jawab sosialnya yang besar: bukan hanya mencari keuntungan pribadi, tetapi membantu meringankan beban kaum lemah. Utsman bin Affan pun pernah mengakui bahwa harta Abdurrahman “halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa keselamatan dan keberkahan” .
Tidak Terpikat Kekuasaan
Selain soal harta, Abdurrahman juga memberi teladan dalam menyikapi jabatan dan kekuasaan. Berbeda dengan orang tamak pangkat, beliau tidak ambisi berkuasa. Ia menolak jabatan khalifah walau ditawarkan dan bahkan berdoa lebih baik wafat daripada memegang kekuasaan itu . Sikap ini sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW yang melarang seseorang terlalu mengidam jabatan; Nabi bersabda bahwa orang yang terlalu berambisi jabatan akan menyesal di akhirat nanti . Dari kisah beliau kita belajar bahwa kekuasaan adalah amanah yang berat, tidak layak menjadi rebutan.
Pelajaran Moral dan Nilai Teladan
Dari kehidupan Abdurrahman bin Auf, kita dapat mengambil berbagai nilai mulia:
- Keikhlasan: Beliau menginfakkan harta untuk kebaikan hanya karena Allah. Jawabannya kepada Nabi, “Aku meninggalkan untuk keluarga Allah dan Rasul-Nya” menunjukkan kepercayaannya bahwa rezeki dari Allah akan mencukupi.
- Kesederhanaan: Meski kaya, ia tidak pamer harta. Sebaliknya, Abdurrahman hidup sederhana dan tidak silau dunia . Ia mengajarkan bahwa harta besar tidak harus mengubah kepribadian.
- Tanggung jawab sosial: Kedermawanan beliau juga berwujud dalam kepedulian kepada sesama. Dari memerdekakan ribuan budak hingga membiayai peperangan demi membela kaum lemah , Abdurrahman membagi berkah hartanya untuk kemaslahatan umat.
- Tidak tamak kekuasaan: Sikap beliau menolak jabatan tinggi mengingatkan kita bahwa jabatan adalah amanah. Rasulullah SAW mengingatkan, orang yang serakah kekuasaan akan menyesal . Abdurrahman menunjukkan betapa menjalankan tanggung jawab sosial lebih penting daripada hanya ingin berkuasa.
Kisah Abdurrahman bin Auf memang kontras dengan mereka yang serakah harta dan jabatan. Beliau membuktikan bahwa kekayaan dan kekuasaan bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk berbagi. Dengan keikhlasan dan kesederhanaan, Abdurrahman meraih keberkahan dalam hidup . Teladan ini sangat relevan bagi kita, terutama pelajar SMA/K, untuk belajar tidak tergiur keserakahan tetapi mengutamakan amanah sosial dan kepercayaan kepada Allah.
Referensi: Kisah dan hadis terkait Abdurrahman bin Auf dikumpulkan dari sumber islami terpercaya , yang menggambarkan betapa beliau menjadi contoh sikap mulia terhadap harta dan kekuasaan.